Perlu Terobosan Baru Capai Pertumbuhan Ekonomi 5,3 Persen di 2020


Pemerintah telah menetapkan asumsi makro yang tercatat Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2020, di mana salah satunya pertumbuhan ekonomi berada di 5,3 persen dengan konsumsi dan investasi sebagai motor penggerak utamanya. Angka ini lebih tinggi dibanding target pertumbuhan ekonomi dalam APBN 2019 sebesar 5,2 persen.
Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Indonesia, Piter Abdullah mengatakan, pertumbuhan ekonomi yang dipatok sebesar 5,3 persen sangat memungkinkan bisa terealisasi di 2020 mendatang. Hanya saja pemerintah perlu membuat terobosan kebijakan yang bisa memacu domestik demand.
"Pertumbuhan ekonomi 5,3 persen sangat mungkin direalisasikan. Bahkan kita masih bisa mengejar pertumbuhan di atas itu," katanya saat dihubungi merdeka.com, Selasa (20/8).
Untuk mencapai realisasi pertumbuhan tersebut, pemerintah perlu menjaga konsumsi dalam negeri agar tumbuh tinggi diiringi dengan lompatan investasi. Tak hanya itu, pemerintah juga diminta melakukan ekspansi fiskal serta mendorong Bank Indonesia (BI) mampu mengimbangi dengan ekspansi moneter.
Piter mengatakan, ekspansi fiskal dilakukan dengan meningkatkan belanja bersama-sama dan pelonggaran pajak. Di sisi lain, BI bisa mengimbangi dengan kebijakan moneter yang lebih longgar dalam bentuk penurunan suku bunga acuan serta operasi moneter yang lebih ekspansif.
Piter menambahkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia sesungguhnya tidak terlalu bergantung kepada kondisi perekonomian global. Sebab, pertumbuhan ekonomi nasional lebih banyak disumbang oleh konsumsi rumah tangga dan investasi. Oleh karenanya, untuk memacu pertumbuhan tersebut, dua komponen ini perlu didorong.
"Kita bukan negara ekspor yang pertumbuhan ekonominya sangat bergantung kepada kegiatan ekspor. Artinya lebih banyak ditentukan oleh kondisi domestik," kata dia.
Jika berkaca pada lima tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi Indonesia terjebak di kisaran 5 persen lantaran konsumsi dan investasi tidak berjalan optimal atau stagnan. Di mana, konsumsi hanya tumbuh dikisaran 5 persen, demikian juga pertumbuhan investasi yang tidak pernah tumbuh dua digit. "Akibatnya pertumbuhan ekonomi yang tidak bisa beranjak dari angka lima persen," pungkasnya.
Share:

Recent Posts