Cukai Plastik Dinilai Tak Efektif Atasi Masalah Sampah

Ilustrasi Kantong Plastik

Direktur Sustainable Waste Indonesia (SWI) Dini Trisyanti mengatakan, kebijakan cukai plastik tidak akan efektif mengatasi masalah sampah. Jika pengelolaan sampah jenis lain tidak dijalankan.

Menurut dia, daripada menerapkan cukai plastik, alangkah lebih baik jika masyarakat dikenakan biaya untuk tiap sampah yang mereka buang. Dana yang terkumpul bisa digunakan untuk membiayai pengelolaan sampah.

"Kalau saya melihatnya cukai tidak efektif. Saya melihat yang harus diterapkan pay cash what you throw. Bayar sejumlah yang kamu buang," kata dia, di Jakarta, Selasa (3/8).

Dia mengatakan, saat ini komposisi sampah plastik sebesar 15 persen dari total sampah yang ada. Jika pengelolaan sampah jenis lain tidak diperhatikan maka masalah sampah akan sulit diatasi.

"Itu yang bisa menyelesaikan masalah sampah kalau kita hanya cukainya saja, satu materinya saja, nggak (bisa selesai). Karena satu belum tentu dana itu masuk ke pengelolaan sampah. 

Kemudian kalau pengelolaan sampah jenis lain tetap nggak ada sumber pembiayaan yang proper, nggak akan selesai. Selama pembiayaan sampah bukan dilihat dari seluruh sampah bukan hanya parsial saja," ungkapnya.

Dia mengatakan pemerintah seharusnya melakukan kajian yang lebih luas sebelum menerapkan cukai plastik. Sebab di sisi lain sampah plastik juga memiliki nilai ekonomis.
"Jadi mau menerapkan cukai. Apakah yang dilihat hanya potensi kalau sampah akan berkurang kalau kresek dilarang, tapi dilihat juga nggak dampak terhadap keekonomian yang sudah terjadi di situ dalam hal circular economy-nya. Itu yang selalu saya pertanyakan," ujarnya.

Menurut dia, yang menjadi masalah saat ini terkait dengan pengelolaan sampah, yakni sistem pengelolaan dan pengolahan sampah. Karena itu, yang seharusnya dilakukan pemerintah adalah memperbaiki dan mendukung sistem pengelolaan dan pengolahan sampah.

Reporter: Wilfridus Setu Embu

Sumber: Merdeka.com

Daur Ulang Plastik di Indonesia

Ilustrasi Kantong Plastik

Dia mengatakan, daur ulang plastik di Indonesia relatif masih kecil, yakni dibawah 10 persen. Kemudian seluruh sampah yang harus diolah masih kecil sekali yakni sebesar 3 persen
"Karena yang dibutuhkan adalah biaya untuk pengelolaan sampah yang memadai. 

Jadi di hilir. Jadi orang sudah buang sampah harusnya dia di-charge sesuai dengan sampah yang dia buang. Itu yang sebenarnya akan lebih strategis untuk menyelesaikan masalah. Ketimbang dia di-charge sebelum dia mengkonsumsi sesuatu," jelas dia.

Selain itu, upaya menekan penggunaan plastik juga dilematis. Sebab di satu sisi, Kementerian Perindustrian tengah menggenjot konsumsi plastik. Berdasarkan data yang diperoleh SWI dari Kementerian Perindustrian mengungkapkan bahwa setiap orang di Indonesia mengonsumsi plastik rata-rata 17 hingga 23 kilogram per tahun. Ini masih tergolong kecil jika dibandingkan dengan konsumsi plastik di Malaysia yang sampai 40 kg per tahun.

"Semakin maju negara tersebut semakin tinggi konsumsi plastiknya," paparnya.
Kementerian Perindustrian pun menargetkan tiap individu meningkat jadi 25 kg sampai 40 kg per tahun. "Ada target. Sementara kita juga punya target-target juga mengurangi sampah. Di sini dilemanya," tandas dia.   

Share:

Recent Posts